Setiap
pasangan pasti menginginkan anak yang sempurna, namun apa yang terjadi jika
ternyata takdir berkata lain. Anak itu terlahir cacat atau awalnya terlahir
sempurna namun karena kecelakaan, kesempurnaan itu hilang. Bagaimana pula
hancurnya orang tua terutama ibu. Namun meski buah hatinya cacat seorang ibu
pasti akan memberikan yang terbaik untuk anaknya. Dia mengimpikan anaknya akan
sukses seperti anak normal lainnya. Untuk mewujudkan itu semua, dia harus
membayar mahal, tak hanya materi tetapi juga kesabaran yang tiada bertepi untuk
menghadapai anaknya. Apalagi anak yang kekurangan cenderung temperamental.
Inilah tema
yang diangkat dalam novel Tere Liye kali ini. Novel yang terinspirasi dari
tokoh dunia Hellen Keller. Hellen Keller yang buta, tuli dan bisu terwujud pada
sosok Melati. Kehadiran Melati yang dulunya dinanti dengan penuh perjuangan dan
pengharapan oleh Tuan HK dan Bunda HK. Melati dilahirkan bunda HK setelah
bertahun-tahun Pernikahan. Kesadaran untuk lebih dekat dengan Allah dan banyak
membantu orang lain, membuat bunda HK hamil, meski umurnya sudah tak lagi muda.
Melati berparas cantik, rambut ikal, dengan mata seperti buah leci. Setiap mata
yang melihat, pasti akan tersihir. Namun sihir itu hanya mampu bertahan 3
tahun, karena kecelakaan merenggut kebahagiaan keluarga HK. Sebuah brisbe menghantam kepala Melati ketika bermain
di pantai. Sejak saat itu perlahan beberapa organ tubuh Melati tidak berfungsi,
mata, telinga dan otomatis dia tidak bisa bicara. Sempurnalah penderitaannya. Dia
seakan tak punya akses untuk mengenal dunia apalagi mengenal Tuhannya.
Namun Tuan
dan Bunda HK tak pernah putus asa. Mereka akan melakukan berbagai cara untuk
bisa mnegantarkan anaknya mengenal dunia dan Tuhannya, juga pada kesuksesan
hidup. Mereka mendatangkan dokter ahli, namun hasilnya kesia-siaan, bahkan para
dokter menganjurkan untuk membawa Melati ke rumah sakit jiwa, setelah insiden
penggigitan salah satu dokter yang menanganinya, sehingga menyulut kemarahan
pada dokter-dokter yang lain.
Atas
anjuran Kinasih, dokter muda dan cantik, bunda HK meminta bantuan Karang. Lelaki
berhati malaikat untuk anak-anak. Perasaannya begitu peka terhadap anak-anak,
bahkan permasalah anak-anak yang mampir di tangannya akan selesai dengan sangat
mudah. walaupun dia tidak berpendidikan tinggi apalagi belajar ilmu psikologi
anak. Dia membangun beberapa rumah baca dan membacakan dongeng untuk anak-anak.
Dalam dongeng dia memasukkan pesan moral pada mereka. Dari sini kita akan
menjadi tersadar bahwa cerita, dongeng tak bisa dipisahkan dalam kehidupan
anak-anak. Dongeng sangat efektif untuk membentuk karakter mereka.
Namun itu Karang
yang dulu. Karang 3 tahun lalu. Sosok Karang sebelum insiden kapal yang
menewaskan 18 anak yang membuat Karang tidak bisa memaafkan dirinya, hingga menghancurkan
dirinya sendiri. Selama bertahun-tahun dia menjadi pemabuk, dan tak peduli
dengan sekitarnya. Dia keluar rumah di malam hari dan pulang jika pagi
menjelang. Siangnya dia tidur sepanjang hari.
Berkali-kali
bunda HK mengirimkan surat pada Karang perihal permohonan agar mendidik anaknya,
namun surat-surat itu tak pernah dibukanya. Hingga surat ke 17, bunda HK datang
dan meminta langsung kepadanya, namun hasilnya nihil. Karang tidak tertarik
untuk mendengarnya.
Tapi siapa
yang tahu, bolak baliknya hati. dan Darimana sebuah kesadaran itu datang. Kata
yang meluncur dari mulut dua pengemis yang satunya tuli, sedangkan yang lain
buta, mengusik kesadaran Karang. Nuraninya berbisik bahwa dia harus melakukan
sesuatu.
Pagi-pagi
dia datang dengan tampilan ala kadarnya, rambut gondrong dengan kumis dan
jambang di mukanya. Tentu saja tampilan itu menimbulkan kecurigaan pada tuan HK
dan salmah, pembantu Keluarga HK yang super kepo. Namun bunda HK mampu
meyakinkan tuan HK, dengan meminta waktu seminggu. Bunda HK yakin ada ada
keajaiban kehidupan yang akan dialami putrinya.
Karang
mengajukan syarat, bahwa dalam masa pengajarannya, bunda HK tidak protes
ataupun bertanya apa yang sedang dilakukannya. Untuk pertama kalinya Karang
bertemu Melati. Karang seperti dejavu. Dia teringat Qintan. Gadis kecil cacat
kaki yang sangat dicintainya. Qintan yang berkemauan kuat dan ingin berlari.
Dia selalu mampu memberikan keceriaan pada orang sekitarnya.
Melati anak
berumur 6 tahun, tidak bisa makan dengan sendok dan makannya tercecer di mana-mana.
Dia melempar benda-benda yang dipegangnya. pemarah. Dia tidak suka dipeluk dan
tak mengenal bunda dan ayahnya.
Karang
mengajarnya dengan tegas. Jika tidak patuh Karang tidak segan menghukumnya. Namun
hukuman itu tidak membuat melatih takluk. Dia makin berontak. Dari pelajaran
inilah kita bisa mengambil banyak pelajaran bagaimana memperlakukan anak-anak
berkebutuhan khusus. Kekerasan bukan hendak membuatnya semakin tersisih, tetapi
lebih membuat mereka lebih disiplin sehingga akan terbentuk kebiasaan yang
baik. Anak-anak berkebutuhan khusus temperamen karena mereka juga capek, dia
ingin juga hidup dengan normal.
Berhari tak
ada kemajuan pada diri Melati, hanya iba yang muncul dalam diri bunda HK dan
tuan HK. Orang tua mana yang tega melihat anaknya diperlakukan kasar. Karang
tidak memperbolehkannya makan, sampai dia mau makan menggunakan sendok. Semakin
hari tubuh Melati semakin lemas, dan akhirnya sakit. Karang selalu yakin, Melati
akan menemukan keajaiban itu. Dia yakin bahwa di tangan anak-anak tersimpan
masa depan yang cerah. Tuhan selalu adil menurut versiNya. Kalau Melati buta,
tuli dan bisu, dia yakin ada mata dan telinga yang diletakkan di indera yang
lain. Tugas orang sekitarnyalah yang membantu untuk menemukannya.
Meski kadang
novel ini jadi sinetron banget di dua adegan pada waktu Karang diusir karena
ketahuan ada botol minuman di kamarnya, namun tidak jadi karena Melati
mengalami kemajuan. atau pada saat Karang hendak diusir untuk yang kedua
kalinya, karena kemarahan tuan HK melihat Karang yang masih dirumahnya selama mengurus
bisnisnya di Frankfurt, tiba-tiba ada keajaiban terjadi.
Ucapan
pengemis buta dan tuli yang begitu bijak, dan pilihan bahasanya seperti dia
punya pendidikan yang tinggi, sepertinya kurang pas.
Dan saya
memberi bintang 4 pada novel ini. Temanya lain dari yang lain. Banyak pelajaran
yang bisa kita ambil. Novel ini menyelipkan semangat untuk bisa lebih mencintai
anak-anak dan lebih banyak bersyukur atas kesempurnaan-kesempurnaan yang Allah
berikan pada kita.
Judul : Moga
Bunda disayang Allah
Tebal : 306
hal
Penerbit : Republika
Penulis : Tere
Liye
Tahun : 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar