laman

Senin, 08 Juni 2015

CINTA DALAM DIAM




Cinta adalah anugerah yang kuasa. Cinta datang kadang tidak terduga dan tanpa direncana. Panah cinta bisa menembus siapa saja dan kapan saja. Kadang panah cinta menusuk pada anak ingusan yang menaruh cinta pada orang dewasa yang jauh lebih tua atau sebaliknya. Kadang orang yang tampan, kaya dan penuh kesempurnaan malah jatuh cinta pada orang yang amat sangat biasa, atau malah tak sempurna secara fisik. Namun itulah cinta. Ketika cinta hadir tak ada yang harus disalahkan, seperti daun yang jatuh tak pernah menyalahkan angin.

Demikian juga yang dialami Tania. Dia jatuh cinta pada Danar. Enterprener muda yang datang menolongnya. Saat itu Tania adalah gadis kecil seumuran sekolah dasar yang putus sekolah. Karena kemiskinan yang menjeratnya sejak ayahnya meninggal, sedangkan ayahnya tak meninggalkan harta berlimpah, ibunya hanya punya dua tangan untuk bekerja, maka mau tidak mau Tania harus ikut mengepulkan dapur untuk membantu ibunya juga Dede, adiknya. Tania dan Dede mengamen dari satu bus ke bus yang lain. Ketika kaki Tania terluka dan tidak ada orang peduli padanya, Danar peduli.

Sejak bertemu danar hidup Tania dan keluarganya berubah. Danar menjadi malaikat tak bersayap bagi keluarga mereka. Tania dan Dede masuk sekolah lagi. Keluarganya pindah, dari rumah kardus yang kumuh dan sempit, ke rumah kontrakan yang lebih layak, dan memulai usaha baru di dunia catering. Usaha mereka terbilang sukses, namun itu hanya sebentar, ibu Tania sakit dan menghembuskan nafas terakhirnya.

Tania tumbuh menjadi gadis yang cantik dan cerdas. setelah menamatkan SMP dia mendapat beasiswa ke Singapura. Banyak hal yang berubah dari Tania, namun satu yang tak pernah berubah, cinta Tania yang selalu tumbuh subur kepada Danar. Begitu juga Danar, dalam diam Danar juga mneyimpan rasa yang sama pada Tania. Namun diantara mereka ada Ratna, pacar danar yang baik hati.

Lagi-lagi dalam novel Tere Liye mengangkat tokoh yang tidak bisa. Memberi semangat pada kita bahwa anak miskin pun bisa sekolah tinggi bahkan ke luar negeri jika mau belajar dengan tekun dan bersusah payah menggapai impian. Belajar tak hanya di bangku sekolah, tetapi bisa lewat buku atau membaca kehidupan. Tetapi menurutku setting untuk salah satu tokoh masih kurang sip. Singapura bagi saya hanya sebagai tempelan saja, karena jika diganti Jakarta pun tak akan mempengaruhi novel itu sendiri. Tere Liye kurang mengeksplor Setting Singapura yang jadi tempat belajar Tania, sehingga pembaca belum merasakan aura kesingapurannya.

Judul      : Daun yang jatuh Tidak Pernah Membenci Angin
Tebal      : 256 hal
Penerbit : GPU
Penulis   : Tere Liye
Tahun     : Juni 2010



Tidak ada komentar:

Posting Komentar