Cinta
adalah anugerah yang kuasa. Cinta datang kadang tidak terduga dan tanpa
direncana. Panah cinta bisa menembus siapa saja dan kapan saja. Kadang panah
cinta menusuk pada anak ingusan yang menaruh cinta pada orang dewasa yang jauh
lebih tua atau sebaliknya. Kadang orang yang tampan, kaya dan penuh
kesempurnaan malah jatuh cinta pada orang yang amat sangat biasa, atau malah
tak sempurna secara fisik. Namun itulah cinta. Ketika cinta hadir tak ada yang
harus disalahkan, seperti daun yang jatuh tak pernah menyalahkan angin.
Demikian
juga yang dialami Tania. Dia jatuh cinta pada Danar. Enterprener muda yang
datang menolongnya. Saat itu Tania adalah gadis kecil seumuran sekolah
dasar yang putus sekolah. Karena kemiskinan yang menjeratnya sejak ayahnya
meninggal, sedangkan ayahnya tak meninggalkan harta berlimpah, ibunya hanya
punya dua tangan untuk bekerja, maka mau tidak mau Tania harus ikut mengepulkan
dapur untuk membantu ibunya juga Dede, adiknya. Tania dan Dede mengamen dari
satu bus ke bus yang lain. Ketika kaki Tania terluka dan tidak ada orang peduli
padanya, Danar peduli.
Sejak
bertemu danar hidup Tania dan keluarganya berubah. Danar menjadi malaikat tak
bersayap bagi keluarga mereka. Tania dan Dede masuk sekolah lagi. Keluarganya
pindah, dari rumah kardus yang kumuh dan sempit, ke rumah kontrakan yang lebih
layak, dan memulai usaha baru di dunia catering. Usaha mereka terbilang sukses,
namun itu hanya sebentar, ibu Tania sakit dan menghembuskan nafas terakhirnya.
Tania
tumbuh menjadi gadis yang cantik dan cerdas. setelah menamatkan SMP dia mendapat
beasiswa ke Singapura. Banyak hal yang berubah dari Tania, namun satu yang tak
pernah berubah, cinta Tania yang selalu tumbuh subur kepada Danar. Begitu juga
Danar, dalam diam Danar juga mneyimpan rasa yang sama pada Tania. Namun
diantara mereka ada Ratna, pacar danar yang baik hati.
Lagi-lagi
dalam novel Tere Liye mengangkat tokoh yang tidak bisa. Memberi semangat pada
kita bahwa anak miskin pun bisa sekolah tinggi bahkan ke luar negeri jika mau
belajar dengan tekun dan bersusah payah menggapai impian. Belajar tak hanya di
bangku sekolah, tetapi bisa lewat buku atau membaca kehidupan. Tetapi menurutku
setting untuk salah satu tokoh masih kurang sip. Singapura bagi saya hanya
sebagai tempelan saja, karena jika diganti Jakarta pun tak akan mempengaruhi
novel itu sendiri. Tere Liye kurang mengeksplor Setting Singapura yang jadi
tempat belajar Tania, sehingga pembaca belum merasakan aura kesingapurannya.
Judul : Daun
yang jatuh Tidak Pernah Membenci Angin
Tebal : 256
hal
Penerbit : GPU
Penulis : Tere
Liye
Tahun : Juni
2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar