Apa yang
ada di kepala kita ketika menyebut panti atau rumah Asuhan. Tentu yang
terlintas adalah sebuah rumah yang penuh dengan anak yatim-piatu dan anak-anak
yang terbuang. Anak-anak terbuang yang ditemukan di tong sampah, di dalam
kardus atau sengaja di taruh di depan pagar panti. Selama ini jarang buku yang mengambil setting Panti Asuhan. Stigma negatif dari kumpulan anak-anak yang terbuang
jarang sekali diangkat menjadi sebuah novel.
Ary Nilandari dalam novel Pengeran
Bumi dan Kesatria Bulan hendak menunjukkan kehidupan panti asuhan. Anak-anak
yang terlahir dari Rahim yang berbeda namun dipersaudarakan oleh nasib. Mereka menyebut diri mereka dengan sebutan anak-anak bulan. Akankah
mereka yang terbuang tidak pernah mencapai kesuksesan dan hidup dari belas
kasihan para donator. Nyatanya tidak, dalam novel ini diceritakan bahwa Maya
adalah salah satu penghuni rumah asuhan bunda Wulan, berjuang keras untuk
melindungi saudara-saudara angkatnya dari stigma yatim-piatu dan kurang
beruntung. Maya rela keluar dari pekerjaan memberi les privatnya karena tak
sanggup mendengar Okta saudara angkatnya sering dihina. Di usia yang sangat
muda Maya sudah mendulang kesuksesan, meski harus bekerja sambil kuliah dia
mendapat pekerjaan yang layak. Asyik kerja menyebabkan tidak lulus-lulus dalam
kuliah.
Geo datang
memberi corak warna dalam hidupnya. Maya yakin Geo adalah lelaki paling cocok
untuk menjadi pendamping hidup, namun tanpa disadari di alam bawah sadarnya, Maya
menyimpan cinta untuk Jono, temannya di panti asuhan yang akhirnya bisa
menemukan ibu yang melahirkannya.
Ternyata
orang yang saling dekat pun tidak mengetahui segalanya tentang diri
masing-masig. Barangkali itu yang mmebuat suatu hubungan menjadi menarik dan
hidup. Terus belajar, sellau ada kejutan, belajar lagi. Seperti membaca buku
mengasyikkan yang taka da habisnya, dan tak ingin habis.(hal;290)
Novel
yang disajikan dengan bahas yang ringan, menyentuh, mengaduk perasaan. Ary hendak menunjukkan bagaimana mencintai
dengan kedewasaan. Cinta yang ditunjukkan oleh Geo dan Jono ketika mencintai
satu orang yang sama. Cinta tak perlu kata indah, tetapi bukti nyata. Cinta
yang tidak egois, tetapi mereka fokus untuk melakukan yang terbaik dan memberi kebahagiaan
pada orang yang mereka cintai. Cinta bukan sebuah paksaan, namun sebuah
kesadaran untuk bisa membahagiakan orang yang dicintai bahkan ketika orang yang
dicintai harus memilih orang lain. Dia melapangkan hatinya karena cinta tak
harus memiliki. Cinta adalah membuat orang yang dicinta selalu bahagia meski
disamping orang lain.
Dua
sungai yang mengalir berdampingan tidak harus bersatu dan bermuara pada titik
yang sama. Tetapi keduanya masih bisa memberi manfaat bagi satu sama lain dan
lingkungan mereka. (hal. 315)
Judul: Pangeran Bumi Kesatria Bulan
Pengarang: Ary Nilandari
Penerbit: Qanita
Terbit: Cetakan pertama, 2014
Tebal: 321 hlm
ISBN: 978-602-1637-38-5
Genre: Novel Remaja
Tidak ada komentar:
Posting Komentar